Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional. Tanggal tersebut menjadi momen bersejarah karena dahulu para pahlawan mempertaruhkan nyawa demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan semangat pantang menyerah, keberanian luar biasa, serta kesabaran yang tinggi, para pahlawan berhasil mengusir penjajah dari Tanah Air tercinta ini.
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam perjuangan tersebut adalah Jenderal Gatot Subroto. Ia resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 283 tanggal 18 Juni 1962, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno.
Gatot Subroto dilahirkan di Banyumas pada 10 Oktober 1907. Ia mengawali pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), yang setara dengan sekolah dasar saat ini. Setelah lulus, ia sempat bekerja sebagai pegawai, lalu pada tahun 1923 memutuskan untuk menempuh pendidikan militer di Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) di Magelang.
Saat masa pendudukan Jepang, Gatot Subroto mengikuti pelatihan militer di Pembela Tanah Air (PETA), yakni organisasi militer buatan Jepang yang merekrut pemuda-pemuda pribumi untuk menjadi tentara. Pendidikan ini dilangsungkan di Bogor, Jawa Barat. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Gatot Subroto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan karier militernya berkembang pesat. Ia dipercaya menjabat sebagai Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya.
Ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 yang dipimpin oleh Muso, Gatot Subroto yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) pada 15 September 1948, segera mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan keamanan di wilayahnya. Ia berhasil memadamkan pemberontakan tersebut.
Selain itu, ia juga menumpas berbagai gerakan pemberontakan lainnya, seperti Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin Kahar Muzakar pada tahun 1952, serta pemberontakan PRRI/Permesta di wilayah Sumatra dan Sulawesi Utara.
Jenderal Gatot Subroto wafat pada 11 Juni 1962 dalam usia 54 tahun. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Ia dikenal pula sebagai tokoh yang menggagas pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI)—sebuah lembaga pendidikan militer terpadu untuk TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara—yang akhirnya didirikan pada tahun 1965.
Untuk mengenang jasa-jasanya, banyak nama jalan dan museum diberi nama Gatot Subroto, termasuk di daerah asalnya, Banyumas, di mana terdapat patung dirinya yang berdiri tegak sebagai simbol keberanian dan keteguhan dalam melawan penjajah dan pemberontak.
Peringatan Hari Pahlawan Nasional bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk meneladani semangat, keberanian, dan tekad para pahlawan dalam meraih kemerdekaan. Kini, meskipun kita tidak lagi berjuang di medan perang, semangat kepahlawanan harus terus hidup—dengan berjuang menjadi pribadi yang tangguh, berintegritas, dan berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan demi kemajuan bangsa.

0 Komentar